top of page

Memimpin dengan Tujuan: Bagaimana Garudafood menyederhanakan kompleksitas dengan Lean

WAWANCARA — Artikel ini pertama kali dipublikasikan di Planet Lean pada 7 November 2025. Versi berikut adalah terjemahan resmi untuk situs Lean Institute Indonesia.

Narasumber: Basuki Nur Rohman, Direktur Manufacturing, PT Garudafood Putra Putri Jaya

Pewawancara: Teuku Mirwan, Lean Facilitator, Lean Institute Indonesia


Garudafood adalah salah satu perusahaan makanan dan minuman terkemuka di Indonesia, dikenal luas atas beragam produk kudapan, biskuit, makanan manis, dan olahan susu. Berdiri pada tahun 1990-an dan resmi melantai di bursa pada 2018, perusahaan ini terus berkembang baik di pasar domestik maupun internasional, melayani pelanggan di seluruh Indonesia dan sejumlah pasar ekspor.


Beroperasi melalui jaringan besar yang terdiri dari tiga lokasi manufaktur utama dan sekitar 25 fasilitas produksi, didukung oleh 120 depot distribusi dan 180 sub-distributor, serta sekitar 340.000 pelanggan aktif, Garudafood mengelola portofolio lebih dari 160 SKU. Dipandu strategi “Winning Customers’ Choice”, perusahaan ini sangat berfokus pada pelanggan—terus berupaya meningkatkan cara menciptakan, mengirimkan, dan mempertahankan nilai.

Seiring pasar yang berkembang semakin dinamis dan kompleks, Garudafood menghadapi satu tantangan penting: bagaimana organisasi besar dapat tetap lincah, kompetitif, dan berpusat pada manusia sambil terus tumbuh?


Dalam wawancara ini, yang disusun berdasarkan lima dimensi Lean Transformation Framework, Basuki Nur Rohman, Direktur Manufacturing Garudafood, berbagi tentang perjalanan lean perusahaan—dan bagaimana kejelasan, kesederhanaan, serta tujuan bersama menjadi fondasi pertumbuhan berkelanjutan.


Teuku Mirwan: Masalah apa yang ingin Anda selesaikan ketika beralih ke Lean?

Basuki Nur Rohman: 

Garudafood beroperasi dalam jaringan manufaktur dan distribusi yang sangat luas, dan skala sebesar itu membawa sejumlah tantangan: meningkatnya kompleksitas, efisiensi yang tidak merata, kemampuan adaptasi yang terbatas, serta tekanan biaya yang semakin besar.

Kami perlu menyederhanakan operasi. Pasarnya berubah cepat, permintaan konsumen berkembang, dan ekspektasi digital meningkat. Kami membutuhkan platform yang dapat beradaptasi dengan cepat.

Lean menjadi jawabannya—bukan hanya untuk mengurangi biaya, tetapi untuk mendorong kinerja top-line dan bottom-line. Lean menawarkan pendekatan terstruktur untuk membangun sinergi lintas divisi dan lini produk, memperkuat akuntabilitas, dan membantu Garudafood tetap efisien, efektif, dan fokus pada pelanggan di tengah ketidakpastian.

Kami menyadari bahwa perbaikan harus dimulai dari cara kami merancang dan membangun sistem untuk efisiensi sejak awal.


Teuku Mirwan: Perubahan proses utama apa yang Anda lakukan?

Basuki Nur Rohman:

Transformasi kami dimulai dengan memikirkan ulang bagaimana organisasi bekerja. Garudafood menata ulang strukturnya berdasarkan kejelasan tanggung jawab dan kepemilikan. Para pemimpin operasional memainkan peran penting dalam mendorong perubahan dengan memastikan desain sistem, operasi harian, dan standardisasi berjalan selaras.

Struktur ini menciptakan alignment antartim dan memungkinkan setiap lini produksi terhubung langsung dengan tujuan perusahaan melalui Line Balancing Number (LBN)—sebuah konsep desain untuk menghubungkan performa mikro dengan sasaran strategis. Kami mengelola pada level mikro tanpa kehilangan helicopter view, sehingga ketangkasan dan fokus tetap terjaga.

Transformasi ini tidak hanya merampingkan proses tetapi juga menciptakan ritme perbaikan berkelanjutan yang memungkinkan perusahaan bergerak sebagai satu sistem yang kohesif.


Teuku Mirwan: Bagaimana Anda mengembangkan kapabilitas karyawan Anda?

Basuki Nur Rohman: 

Bagi Garudafood, transformasi dimulai dengan memberdayakan manusia. Pengembangan kapabilitas berfokus pada penguatan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku, sehingga perbaikan menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari.

Melalui berbagi pengetahuan secara terbuka, pembelajaran terstruktur, dan dukungan manajemen yang kuat, orang-orang kami didorong untuk belajar dari pengalaman dan mengubah wawasan menjadi kapabilitas tim. Didukung oleh alat digital dan sistem manajemen yang kokoh, prinsip lean tertanam tidak hanya dalam proses, tetapi juga dalam pola pikir. Semuanya dilakukan untuk memaksimalkan nilai dengan sumber daya yang minimal. Ini tentang disiplin dan ritme.

Tujuannya bukan hanya menciptakan individu yang kompeten, tetapi juga membangun tim yang mampu berpikir, memecahkan masalah, dan beradaptasi bersama.


Teuku Mirwan: Apa yang mendefinisikan pendekatan kepemimpinan dan manajemen Anda?

Basuki Nur Rohman: 

Budaya kepemimpinan Garudafood berakar kuat pada nilai-nilai pendiri perusahaan: kejujuran, komitmen, ketekunan, dan rasa syukur. Setiap Senin pagi dimulai dengan BAK (Briefing Awal Kerja), ketika tim merefleksikan pelajaran minggu sebelumnya sebelum menetapkan prioritas minggu berikutnya.

Perusahaan menanamkan apa yang kami sebut mentalitas dasar:

  • Bersyukur atas anugerah Tuhan YME,

  • Semangat untuk sukses,

  • Pelayanan kepada Pemangku Kepentingan

  • Kreativitas dan Pemikiran inovatif

  • Perbaikan Berkelanjutan

Meskipun kami memiliki ambisi dan inovasi, kami tidak pernah melupakan rasa syukur dan kerendahan hati. Di sinilah budaya kepemimpinan Indonesia sangat terlihat. Saya percaya kombinasi kedisiplinan, refleksi, dan rasa syukur inilah yang membentuk sistem manajemen kami—perpaduan antara praktik terbaik global dan nilai-nilai lokal yang dijalankan secara konsisten.Kami juga memiliki praktik “Hening”, yaitu momen hening sebelum memulai aktivitas, untuk menata fokus dan niat.


Teuku Mirwan: Nilai budaya apa yang mendefinisikan transformasi Anda?

Basuki Nur Rohman: 

Seiring perkembangan perusahaan, kami menghadapi risiko menyebar terlalu luas, dengan terlalu banyak ide yang bersaing untuk mendapatkan perhatian. Titik balik terjadi ketika tim belajar memperjelas tujuan dan fokus—versi kami dari apa yang dikenal dalam lean sebagai True North.

Setiap tim kini bergerak menuju satu arah yang sama sambil menerapkan Mindfulness-Based Business (MBB)—prinsip memimpin dengan tujuan batin dan niat yang jelas. Kami berusaha menjadi tenang sekaligus dinamis, damai namun tegas.

Kejelasan dan mindfulness inilah yang menjadi detak jantung budaya Garudafood, menempatkan inovasi pada landasan tujuan dan keseimbangan.


Teuku Mirwan: Apa takeaways dan langkah selanjutnya?

Basuki Nur Rohman:

Pelajaran utama kami sederhana namun mendalam: less is more. Seperti ayunan peman golf, ketika semua elemen bergerak selaras, jarak yang lebih jauh dapat dicapai dengan usaha yang lebih sedikit.

Bagi saya, Lean adalah pola pikir untuk melihat dengan jernih, menyederhanakan, dan mempertahankan perbaikan. Tantangan terbesarnya, seperti lazimnya dalam dunia lean, adalah menyelaraskan cara berpikir orang dan menjaga momentum. Momentum tidak datang dua kali: ketika peluang ada di depan kita, kita harus memanfaatkannya.

Ke depan, prioritas Garudafood adalah mengintegrasikan Lean dan digital secara penuh—menghubungkan produksi, maintenance, dan perencanaan dalam satu sistem terpadu. Di luar manufaktur, kami ingin membawa Lean ke perencanaan, pergudangan, dan fungsi pendukung untuk menciptakan nilai end-to-end.

Bagi kami, perjalanan ini tidak memiliki batas. Selalu ada ayunan berikutnya yang dapat membantu kami memperbaiki diri.

Komentar


Artikel Lean dan Studi Kasus

bottom of page