Dari Push ke Pull: Mengubah Cara Pandang Produksi dalam Lean Thinking
- Teuku Mirwan S

- 12 Jun
- 1 menit membaca
Diperbarui: 27 Jul
Selama bertahun-tahun, banyak organisasi menjalankan pendekatan produksi tradisional: menghasilkan produk terlebih dahulu, baru kemudian mencari cara menjualnya. Pendekatan ini dikenal sebagai sistem push, di mana produksi dilakukan berdasarkan prediksi permintaan. Namun, dalam praktik Lean Thinking, paradigma ini mengalami pergeseran mendasar.
Lean Thinking mendorong peralihan dari sistem push menuju sistem pull. Artinya, produksi hanya dilakukan ketika ada permintaan nyata dari pelanggan.
Apa Bedanya Push dan Pull?
Push: Produksi dilakukan terlebih dahulu berdasarkan proyeksi atau asumsi pasar. Risiko yang muncul adalah menumpuknya persediaan yang tidak dibutuhkan.
Pull: Produksi hanya dilakukan ketika ada permintaan aktual. Proses dikendalikan oleh kebutuhan pelanggan, bukan perkiraan internal.
Contoh sederhana dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Di dapur rumah, kita tidak memasak sepuluh bungkus mi instan sekaligus. Kita hanya memasak ketika ada yang lapar. Prinsip ini sama dengan sistem pull dalam dunia industri.
Keuntungan Sistem Pull
Dengan menerapkan sistem pull, organisasi dapat memperoleh berbagai manfaat, antara lain:
Mengurangi penumpukan persediaan: Barang diproduksi hanya sesuai kebutuhan, sehingga menghindari kelebihan stok.
Mencegah pemborosan: Sumber daya digunakan secara efisien karena produksi tidak berlebihan.
Responsif terhadap pelanggan: Produk dan layanan lebih selaras dengan kebutuhan nyata pelanggan.
Kesimpulan
Transformasi menuju sistem pull bukan hanya perubahan teknis, tetapi perubahan cara berpikir. Sistem ini menempatkan pelanggan sebagai pusat kendali proses produksi, memungkinkan organisasi untuk lebih adaptif, efisien, dan berorientasi pada nilai. Mengubah pola pikir ini adalah langkah penting dalam membangun proses bisnis yang ramping dan berkelanjutan.
Penulis:
Teuku Mirwan S - Senior Lean Coach at Lean Institute Indonesia
Prayudha Wijaya - Lean Coach at Lean Institute Indonesia












Komentar